Search

Tsukiji: Antara Pasar Ikan, Kuliner, dan Turis

Jakarta, CNN Indonesia -- Tokyo dini hari itu terasa sangat dingin. Wajar saja, saya berdiri di Tokyo di musim dingin bulan Desember tahun lalu.

Namun, udara dingin dan kurang tidur tak menyurutkan niat saya untuk mengitari kota ini sejak pagi.

Ah, setelah sedikit peregangan tubuh yang agak pegal akibat meringkuk semalaman di kursi bus dari Shizuoka ke Tokyo, saya pun bersiap meninggalkan terminal bus.


Tsukiji fish market atau pasar ikan Tsukiji yang legendaris seolah memanggil-manggil saya untuk segera mampir ke sana di pagi itu. Sebelumnya, niat hanya tinggal niat menyusun itinerary untuk melihat pasar ikan yang banyak turis ini. Tapi keseringan ini hanya jadi wacana karena susah sekali meninggalkan kasur yang hangat.

Tapi mumpung pagi itu sudah berkeliaran di jalan, saya pun memutuskan untuk bertemu ikan-ikan dari perairan Jepang dan seluruh dunia di pasar ikan.

Siapa tahu masih bisa lihat pelelangan tuna di sana. Sebagai turis, ini jadi goals tersendiri buat saya ketika bisa masuk ke pasar tradisional di berbagai negara, salah satunya ke Tsukiji fish market, pasar ikan terbesar di dunia.

Berbekal peta di ponsel dan 'sok tahu' perjalanan saya ke pasar Tsukiji terbilang cukup mulus. Petunjuk jalan cukup mudah diikuti.

Tak lama gerbang pintu dan gudang pasar berisi ikan-ikan 'mahal' pun langsung terlihat.

"Di mana pintu masuk ke pelelangan tuna," kata saya kepada salah satu penjual makanan di sekitar pasar.

"Tidak..tidak.. tidak ada. Close for public, tidak bisa masuk," kata dia.

Ah, saya kecewa. Sudah pagi-pagi, tapi tak bisa melihat bagaimana lantangnya para pelelang senior bersaing memperebutkan seekor ikan tuna gemuk yang terkapar di papan kayu.

Tapi aroma gurih, manis, dan umami mulai mengganggu hidung saya. Daripada berkecil hati lantaran gagal melihat tuna dan makhluk laut lainnya, lebih baik saya wisata kuliner.


Lagi pula, pasar ini tak sekadar pasar tradisional tempat orang jualan ikan. Tsukiji lebih dari itu, masih ada jajanan lokal yang menggoda selera di sini.
seafood segar di pasar TsukijiFoto: CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti
seafood segar di pasar Tsukiji

Sepintas saya melihat ramainya orang-orang antre di salah satu gerai tamagoyaki di sana. Tamagoyaki adalah variasi telur gulung kotak yang asli Jepang.

Dengan berbagai atraksi wajan kotak kecil dan sumpit, sang penjual mahir membolak-balik makanan jualannya. Kocokan telur yang tipis perlahan-lahan berubah jadi tebal dan dipotong persegi panjang. Hanya dengan 100 yen saja saat itu, seporsi tamagoyaki dengan 'biting' es krim dan piring sterofoam bisa disantap.

[Gambas:Instagram]

Jangan keasyikan berfoto, makan saja tamagoyakinya selagi panas. Tamagoyaki hangat di tengah cuaca dingin terasa sangat nikmat. Tebalnya telur dadar segar terasa empuk saat digigit. Rasa gurihnya tak berlebihan, dibanding gurih, umami mungkin lebih tepat disebut untuk menggambarkan rasa tamagoyakinya.

Namun jangan habiskan waktu hanya untuk menyantap tamagoyaki saja. Di sekeliling pasar ini, masih banyak gerai-gerai lain yang menghadirkan makanan enak.

Aneka tempura sebut saja aneka seafood. Sebagai pasar ikan, pasar Tsukiji memang menjadi salah satu 'pemilik' hidangan seafood segar terbesar. Beberapa gerai 'memajang' seafood mentah dan hidup dalam akuariumnya. Snow crab, tiram besar, kepiting, kepala tuna, kaki kepiting, dan seafood lainnya ditata di atas wadah berisi es batu.


Khusus tiram, tiramnya bisa langsung disantap mentah dan segar, jangan lupa percikan sedikit perasan air jeruk lemon ke atasnya. Namun jika tak suka dimakan mentah, beberapa penjual juga bisa membakar tiram tersebut. Tambahan mayonaise dan saus sambal yang rasanya mirip dengan thousand island, kemudian dipanggang di atas bara selama beberapa saat dan dibakar dengan blow torch di atasnya. Aroma harum dan menggoda seketika menyeruak.
tiram bakarFoto: CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti
tiram bakar

Tiram-tiram ini ditusuk seperti halnya sate. Satu tusuk berisi dua buah tiram besar.

Saat itu saya memang menghindari makanan berat. Tujuannya, agar perut masih muat untuk banyak mencicipi makanan lainnya. Tapi ini tak berarti kalau pasar Tsukiji hanya punya camilan berbahan seafood.

Makanan enak dan mengenyangkan yang bisa Anda dapatkan di sini adalah berbagai jenis sajian don atau donburi. Don atau donburi adalah makanan khas Jepang yang terdiri dari semangkuk nasi hangat yang diberi lauk di bagian atasnya. Untuk menyantapnya, Anda harus mencampur semua lauk dan nasi menjadi satu.

Jika biasanya aneka don yang disajikan adalah gyu-don atau katsu-don, maka di Tsukiji, aneka don dengan tambahan seafood jadi andalannya.

Tsukiji-don, zeitaku maguro-don, uni, ikura-don, zeitaku ikura-don alias nasi putih hangat dengan tambahan irisan tebal ikan tuna, cumi, bulu babi menjadi sajian favorit di sini.

Sebelum menghabiskannya, semangkuk kecil sup miso lezat dan gurih akan menemani nikmatnya menyantap aneka donburi pilihan Anda.

Sekarang ini, pasar Tsukiji sudah pindah ke lokasinya yang baru di Toyosu. Entah bagaimana nasib para pedagang makanan kini yang biasanya mendapat sepercik untung dari turis yang penasaran ke Tsukiji.

Setelahnya jangan lupa juga untuk mampir sejenak menikmati indahnya sekaligus berdoa di Namiyoke Inari Shrine atau kuil Namiyoke. 

Kuil Namiyoke di TsukijiFoto: CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti
Kuil Namiyoke di Tsukiji

(chs)

Let's block ads! (Why?)

Baca Berikut nya https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181011164649-262-337738/tsukiji-antara-pasar-ikan-kuliner-dan-turis

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tsukiji: Antara Pasar Ikan, Kuliner, dan Turis"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.