Jika mendengar kata ikan, pikiran saya tidak jauh dari ikan sebagai makanan yang sehat. Ikan memiliki omega 3 tinggi yang membantu perkembangan otak dan tubuh. Selain itu, tekstur maupun rasanya yang merupakan favorit keluarga saya. Jika berpikir lebih jauh lagi, ikan tidak semata-mata untuk dikonsumsi, banyak ikan yang dipelihara sebagai ikan hias karena keindahannya.
Menurut sebuah sumber, hampir 75 persen ikan hias di dunia dieksport dari Indonesia. Tetapi tidak hanya rasa dan keindahan yang dimiliki oleh ikan, ikan juga memiliki fungsi simbolik yang sangat bermakna.
Rasa penasaran saya bermula ketika saya mulai rutin membacakan cerita rakyat kepada anak saya yang dulu masih berumur 4 tahun. Saya membeli sebuah buku di toko buku yang kira-kira berjudul “Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara”.
Setelah membaca hampir lebih dari setengah buku, ikan adalah salah satu hewan yang sering banget disebut-sebut dalam cerita. Seorang nelayan yang menggantungkan hidupnya pada penjualan ikan, penjelmaan manusia menjadi ikan, asal-usul sebuah ikan dan masih banyak lagi.
Kenapa sih dengan ikan? Apa makna yang dimiliki oleh ikan?
Melalui bantuan mbah Google, saya menemukan bahwa ikan ternyata sudah memiliki simbol atau makna tersendiri di berbagai budaya dan kepercayaan sejak zaman dahulu. Contohnya?
- Dalam peradaban Mesopotamia (salah satu peradaban tertua yang terletak di antara sungai Eufrat dan Tigris dan sekarang dikenal sebagai Iraq), ikan merupakan salah satu simbol besar yang mereka sembah dan bermakna kesuburan dari Bangsa Sumeria (salah satu bangsa yang menempati daerah Mesopotamia).
Dalam sejarah mitos Greco-Roman (Yunani-Roma), ikan merupakan simbol transformasi dan penjelmaan. Hal ini dilihat dari cerita mitos Aphrodite and Heros yang menjelma menjadi ikan untuk menyelamatkan dirinya dari taifun.
Dalam sejarah mitos India timur, ikan dianggap sebagai penjelmaan dan penciptaan. Dewa Wisnu mengubah dirinya menjadi ikan (Matsya) untuk menyelamatkan dunia dari banjir besar.
Di China, ikan memiliki makna yang cukup berbeda. Pengucapan ikan dalam bahasa Mandarin homofon dengan kata yang bermakna kelimpahan. Dengan demikian, ikan memiliki makna yang cukup unik yang berarti kesuburan dan kemakmuran. Dan sering kali terlihat ikan berenang secara beriringan sehingga juga diartikan keharmonisan sebuah pasangan.
Bagaimana dengan Indonesia?
Kebudayaan di Indonesia tentu saja memiliki banyak pengaruh dari luar. Sehingga cerita-cerita dongeng yang sering kita dengar sudah merupakan akulturasi dari kepercayaan dan juga mitos-mitos dari luar Indonesia.
Coba kita simak salah satu cerita rakyat Indonesia yang bertemakan ikan yang sangat menarik untuk diceritakan untuk anak-anak.
Pada zaman dahulu kala, di Tanah Melayu hiduplah seorang nelayan tua yang bernama Awang Gading.
“Air pasang telan ke insang
Air surut telan ke perut
Renggutlah…!
Biar putus jangan rabut,”
Kata-kata tersebut sering diucapkan sewaktu sedang memancing ikan.
Suatu hari di waktu Ia sedang memancing dan tidak menemukan seekor ikan sama sekali. Di waktu perjalanan pulang Ia mendengarkan seorang bayi yang sedang menangis. Karena rasa penasaran ia mencari dari mana suara itu berasal? Ia pun menemukan bayi perempuan yang mungil tergolek di atas batu. karena rasa iba, dibawanya bayi itu pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Awang Gading memberi nama bayi itu Dayang Kumunah. Dengan bahagia Awang Gading merawatnya dan membekali Dayang Kumunah berbagai ilmu pengetahuan dan pelajaran budi pekerti.
Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi pekerti luhur. Ia juga sangat rajin membantu ayahnya. Namun sayang, Dayang Kumunah tidak pernah tertawa.
Suatu hari, seorang pemuda kaya dan tampan melihat Dayang Kumunah, bernama Awangku Usop, langsung jatuh hati kepadanya dan berniat untuk segera meminangnya.
Setelah Dayang Kumunah berpikir beberapa lama, Ia menerima pinangan Awangku Usop dengan syarat, jangan pernah meminta saya untuk tertawa. Awangku Usop menyanggupi syarat yang diajukan Dayang Kumunah tersebut.
Pernikahan pun dilangsungkan dan dikaruniai lima orang anak. Namun, Awang Usop merasa tidak bahagia karena belum melihat Dayang Kumunah tertawa. Sejak pertemuan pertama kali hingga kini, istri Awang Usop belum pernah tertawa sama sekali.
Di suatu sore, Dayang Kumunah bersama-sama keluarganya sedang berada di teras rumah. Awangku Usop mendesak Dayang Kumunah ikut tertawa. Akhirnya ia pun tertawa. Pada Saat itulah, muncul insang ikan di mulutnya. Dayang Kumunah segera berlari ke arah sungai dan berubah menjadi ikan patin.
Awang Usop menyesal karena telah mendesak istrinya untuk tertawa. Tetapi, semua sudah terlambat. Ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengkilat tanpa sisik inilah yang orang-orang sebut sebagai ikan patin. Sebelum masuk ke sungai, Dayang Kumunah berpesan kepada suaminya, “Kanda, peliharalah anak-anak kita dengan baik.”
Awangku Usop dan anak-anaknya sangat bersedih melihat Dayang Kumunah yang sangat mereka cintai itu telah menjadi ikan. Mereka pun berjanji tidak akan makan ikan patin, karena dianggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya sebagian orang Melayu tidak makan ikan patin.
Legenda ikan patin hanyalah satu dari banyaknya cerita rakyat nusantara yang berhubungan dengan ikan. Menurut pengamatan saya, hal ini dikarenakan Indonesia yang dikaruniai oleh banyaknya kepulauan dan ikan merupakan salah satu pendukung kehidupan bagi masyarakat Indonesia. Sehingga ikan tidak lepas dari cerita sehari-hari.
Selain itu, saya juga setuju bahwa ikan juga merupakan simbol dari kebebasan dan kebahagiaan seperti makna ikan emas pada agama Buddha.
Bagaimana menurutmu? Apakah ikan memiliki makna khusus dalam hidupmu?
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Makna Ikan dalam Cerita Rakyat Nusantara"
Posting Komentar