Search

Ikan di Perairan Pulau Bintan Terpapar Logam Mercuri. Hasil Penelitian Mahasiswa Perikanan UMRAH - Tribun Batam

TRIBUNBINTAN.COM, BINTAN - Sebuah penelitian ilmiah mahasiswa di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji menunjukan hal mencengangkan.

Penelitian tersebut menyimpulkan, ikan ikan yang dikonsumsi masyarakat yang berasal dari perairan pulau Bintan mengandung zat logam mercuri (raksa).

Dekan I Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan Umrah Tanjungpinang Chandra Jo mengatakan, penelitian tersebut berjudul Konsentrasi Merkuri (hg) pada Ikan Ikan Konsumsi di perairan Pulau Bintan.

Penelitian adalah hasil joins research antara peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan mahasiswa Umrah Tanjungpinang.

"Penelitian ini adalah joic research antara peneliti LIPI dengan mahasiswa Umrah,"kata Chandra Jo.

Lebih lanjut perihal adanya kandungan mercury pada ikan, Chandra Jo menyebutkan, unsur logam tersebut ditemukan pada ikan tongkol, ikan kembung dan ikan benggol. Ikan ini yang banyak dikonsumsi masyarakat di Bintan dan Tanjungpinang.

Tapi jangan dulu cemas apalagi sampai berhenti makan ikan. Sebab, penelitian tersebut juga menyimpulkan, kandungan konsentrasi logam mercuri pada ikan yang dijadikan sampel penelitian masih berada di ambang batas baku mutu SNI 2009 yaitu 1,0 mg/Kg tentang batas maksimum cemaran logam berat logam pada pangan. Jadi, masih berada di batas aman.

Pemerintah Bintan Meraih Predikat B Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan

VIDEO. Kisah 3 Nelayan Tenggelam di Lautan Bintan : Ya Allah, Kita Masih Hidup, Kita Masih Hidup

INFO BMKG - Waspada! Gelombang Tinggi di Perairan Bintan dan Tanjungpinang Mencapai 2,5 Meter

"Masih dibawah baku mutu, jadi masih layak dikonsumsi,"kata Chandra Jo.

Batas aman konsumsi ikan yang diperbolehkan masuk kedalam tubuh anak-anak dengan
berat badan 10 kg per minggu untuk ikan tongkol maksimal 1,94 kg, ikan kembung maksimal 0,81 kg, dan ikan benggol maksimal 0,48 Kg.

Khusus orang dewasa dengan berat badan 60 kg per minggunya untuk ikan tongkol maksimal 11,68 kg, ikan kembung maksimal 4,86 kg, dan ikan benggol maksimal 2,87 kg.

Meski terbilang aman untuk dimakan, ada baiknya juga perlu waspada. Mengingat sifat sifat mercury yang bioakumulatif, terutama apabila ikan yang dikonsumsi mengakumulasi merkuri secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Kondisi itu akan berdampak buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsi ikan ikan tersebut.

Mungkin banyak yang bertanya, dari mana sebenarnya kandungan merkuri pada ikan ikan tersebut?

Terkait itu, Chandra Jo menjawab perlu ada penelitian lebih lanjut untuk memastikan asal konsentrat.

"Itu yang akan kita lanjutkan penelitiannya, dari mana sumber logam berat tersebut berasal. Tapi dengan dengan melihat pola penyebarannya, hipotesa saat ini ada dua. Yakni dari alam sendiri dan dari aktifitas manusia seperti industri dan pertambangan yang menggunakan merkuri,"kata Chandra Jo. (*)

Let's block ads! (Why?)

Baca Berikut nya http://batam.tribunnews.com/2019/01/28/ikan-di-perairan-pulau-bintan-terpapar-logam-mercuri-hasil-penelitian-mahasiswa-perikanan-umrah

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ikan di Perairan Pulau Bintan Terpapar Logam Mercuri. Hasil Penelitian Mahasiswa Perikanan UMRAH - Tribun Batam"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.