KUNINGAN, (PR).- Balai Taman Nasional Gunung Ciremai bekerjasama dengan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) menggelar latihan budi daya ikan dewa diikuti puluhan masyarakat sekitar Gunung Ciremai, Jumat 11 Mei 2018. Kegiatan itu dilaksanakan sehari meliputi teori dan praktik, di Desa Sangkanhurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan.
Latihan budi daya ikan dewa atau tor soro itu dibuka Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 Kuningan San Andre Jatmiko. Kegiatan itu juga disaksikan Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Kuningan Denni Rianto, sejumlah pejabat dan staf fungsional Pengendali Ekosistem Hutan dari BTNGC, dan beberapa aparat pemerintah desa setempat.
Materi disertai praktik budi daya ikan dewa dalam kegiatan itu disampaikan dua peneliti dari BRPBATPP, Jojo Subagja dan Otong Zenal Arifin. Materi pelatihan itu di antaranya pengenalan jenis, habitat, dan sifat biologis ikan dewa. Tata cara dan teknis pengembiakan, pemeliharaan, hingga gambaran prospek usaha dari hasil budi daya ikan tersebut.
KSPTN wilayah 1 BTNGC San Andre Jatmiko mengungkapkan keberadaan ikan dewa di Kabupaten Kuningan, seperti di antarnya di Kolam Renang Cibulan, Cigugur, dan Kolam Darmaloka, selama ini masih terpelihara lestari. “Kelestarian ikan dewa di kolam-kolam tersebut terjaga karena ikan dewa di Kuningan masih disakralkan dan dimitoskan masyarakat. Dan, kami berharap kelestarian ikan dewa di Kuningan bisa terus terjaga selamanya sehingga di masa-masa yang akan datang keberadaan ikan itu bisa dilihat dan dinikmati anak cucu kita. Jangan sampai nasib ikan dewa punah seperti harimau jawa,” ujarnya.
Namun dibalik itu, tutur peneliti dari BRPBATPP Jojo Subagja menambahkan, ikan Tor Soro atau yang lebih dikenal di Kuningan dengan sebutan ikan dewa, di sejumlah kabupaten dan kota serta provinsi di Indonesia, belakangan ini sudah dibudidayakan dan diperjualbelikan. Dan, permintaan pasar ikan dewa pun, sangat tinggi dengan tawaran harga luar biasa.
Pasar ekspor
Dia menyebutkan, harga ikan dewa untuk memenuhi permintaan pasar ekspor ke luar negeri, bahkan pasar dalam negeri pun, saat ini bertengger di kisaran Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per kilogram. Jojo maupun San Andre mengkhawatirkan tingginya permintaan pasar dan harga jual ikan tersebut, memancing orang tak bertanggungjawab nekat mengambil dan menjual ikan-ikan dewa dari koam-kolam yang selama ini dikeramtkan.
“Melalui pelatihan ini, kami mengharapkan masyarakat di Kabupaten Kuningan pun banyak yang membudidayakan tor soro atau ikan dewa. Biarkan yang ada di kolam-kolam keramat tetap pertahkan, jaga kelestariannya dengan budaya, untuk memenuhi pasar konsumsi ikan dewa, nanti sediakan dari hasil budi daya,” katanya.
Terkait hal itu, Humas BTNGC Agus Yudantara dibenarkan Jojo Subagja dan Otong Zenal Atifin, menyebutkan induk-induk ikan dewa yang dijadikan objek praktik dalam pelatihan itu pun merupakan hasil pengembangbiakan melalui teknologi pembenihan ikan di BRPBATPP, Bogor. Sebelumnya, pada bulan April 2017 BRPBATPP juga telah teah mengirimkan lebih dari 1.000 ekor anam ikan dewa ke BTNGC hasil pengembangbiakan BRPBATPP dari indukan ikan dewa yang ada di Kuningan
Staf fungsinal Pengendali Ekosistem BTNGC Silvia Lucyanti, menyebutkan, ikan dewa (tor soro) termasuk jenis ikan terancam punah, tetapi belum termasuk daftar satwa dilindungi. Di sela acara pelatihan itu Silvia kepada “PR” menyebutkan, anak-anak ikan dewa kiriman dari BRPBATPP April 2017 hingga saat ini masih diamankan dan menjalani proses habitulasi atau penyesuaian kondisi habitat di kolam objek wisata Balongdalem, kawasan BTNGC di Desa Jalaksana, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan.***
Baca Berikut nya http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/05/11/tak-hanya-berpotensi-wisata-ikan-dewa-di-kuningan-ternyata-juga-berpotensiBagikan Berita Ini
0 Response to "Tak Hanya Berpotensi Wisata, Ikan Dewa di Kuningan Ternyata ..."
Posting Komentar