Search

Peluang Budi Daya Ikan

Jakarta, Gatra.com - Masifnya penangkapan ikan berdampak buruk pada ekosistem perikanan laut. Sektor industri budi daya hasil laut menjadi alternatif. Hingga kini belum banyak dieksplorasi karena infrastruktur yang kurang mendukung. 

Pola konsumsi pangan manusia berubah seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia. Pola konsumsi yang mengedepankan pada konsumsi makanan aman dan sehat memicu peningkatan permintaan akan kebutuhan protein alternatif. Tren telah bergeser dari produk pangan berbasis daging merah ke produk pangan berbasis ikan.

Tren perubahan pola itu sebelumnya terbaca Badan Pangan Dunia (FAO) yang memprediksi, sub-perikanan budi daya akan menjadi salah satu sumber daya andal di masa depan, khususnya sebagai penyedia protein alternatif yang lebih aman dan sehat. Skenario ledakan penduduk, yang diperkirakan mencapai 9,7 milyar jiwa pada 2050, harus dicarikan solusinya.

Dalam rilisnya, FAO juga menyimpulkan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat cenderung naik signifikan. Namun di sisi lain, kenaikan permintaan akan produk perikanan itu dihadapkan pada kekhawatiran terhadap fakta bahwa perikanan tangkap sudah pada tahap eksploitasi yang berlebihan. Menurunkan potensi kelestarian sumberdaya perikanan, dan merusak ekosistem perairan yang ada akhirnya menurunkan suplai produksi ikan.

Maka dari itu, menurut Ketua Asosiasi Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia, Budhi Wibowo, budi daya perikanan harus jadi solusi pangan masa depan Indonesia. Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia potensial menjadi leader industri budi daya perikanan. Apalagi, data FAO menunjukkan bahwa budi daya perikanan Indonesia tumbuh sekitar 5% tiap tahun.

''Perikanan tangkap sudah stagnan. Seharusnya, pemerintah mengutamakan budi daya. Potensinya luar biasa,'' katanya kepada GATRA, melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu.

Laporan FAO juga menyebut rata-rata warga dunia melahap setidaknya 20 kilogram ikan pada 2014. Angka itu naik sekitar 9,9 kilogram per tahun sejak 1960-an. Sementara itu, pada 2030 mendatang, tingkat konsumsi ikan dunia diprediksi mencapai 22,5 kilogram per kapita per tahun. Angka itu diperkirakan memicu peningkatan produksi perikanan budi daya sebesar 172 ton, naik 15% dari rata-rata kebutuhan pada kurun waktu 2009 hingga 2011.

Tren kenaikan itu jauh berbeda dibandingkan dengan industri perikanan tangkap. Jika FAO menyebut dalam kurun waktu 2006 hingga 2016 produksi perikanan budi daya mengalami lonjakan 61,5 juta ton pada 2009 menjadi 101 juta ton pada 2014, maka perikanan tangkap hanya mengalami kenaikan rata-rata 0,72%. Selanjutnya, trennya konstan.

Karena itulah, Budhi mendesak pemerintah agar fokus pada pengembangan infratruktur budi daya, seperti irigasi, jalan produksi, dan listrik. Selain itu, menurutnya, pemerintah juga perlu mendorong riset di sektor budi daya perikanan. Hal ini, menurutnya, penting untuk mengembangkan bibit-bibit unggul, terutama kaitannya dengan penyakit.

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Budi Daya Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto, mengakui kalau perikanan budi daya menjadi bagian penting dalam pembangunan nasional saat ini. Menurutnya, setidaknya ada dua nilai strategis penting dilihat dari aspek ekonomi dan aspek sosial.

Dari aspek ekonomi, Slamet menambahkan, subsektor perikanan budi daya memiliki potensi sebagai prime mover perekonomian nasional.
''Secara makro, perikanan budi daya memiliki potensi dalam mendongkrak PDB Nasional,'' katanya kepada M. Egi Fadliansyah dari GATRA melalui keterangan tertulisnya.


Sandika Prihatnala

Untuk tulisan lebih lengkap bisa dibaca di Majalah Gatra terbaru edisi 19/XXIV yang terbit Kamis (8/3).

Let's block ads! (Why?)

Baca Berikut nya https://www.gatra.com/rubrik/ekonomi/312153-peluang-budi-daya-ikan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Peluang Budi Daya Ikan"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.