Diperkirakan total berat ribuan ikan yang mati itu mencapai 180-200 ton.
Kepala Badan Riset dan SDM (BRSDM) KKP, Sjarief Widjaja, mengatakan jika asumsi harga jual ikan adalah Rp 25.000/kg, maka kerugian mencapai Rp 5 miliar.
Dia mengatakan penyebab matinya ribuan ikan ini akibat dari terlalu banyaknya jumlah ikan dalam keramba jarring apung (KJA), serta pendangkalan di beberapa sisi danau yang menggunakan KJA hingga kurang dari 20 meter.
Terlalu padatnya ikan maka dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen, sehingga ribuan ikan tersebut mati.
Sjarief kemudian menjelaskan beberapa solusi yang disiapkan untuk mencegah hal yang sama terulang kembali di masa depan.
Pertama, setiap usaha budidaya di perairan tertutup seperti danau harus menghitung luasan danau dan kolom air volumenya. Dari situ kemudian bisa dihitung luas KJA yang diizinkan.
Kedua, harus ditentukan titik-titik danau yang diizinkan untuk membuka KJA. Teluk-teluk tertutup di danau/waduk yang minim arus air tidak diperbolehkan untuk membuka KJA. Lokasi dengan kedalaman di bawah 20 meter (pendangkalan) juga tidak diperbolehkan.
Manajemen gulma seperti enceng gondok juga diperlukan, dengan membuat petak-petak seperti sawah di tengah danau, sehingga komposisi gulma, air dan ikan dapat seimbang.
"Gulma ini sifatnya mengikat lumpur sehingga mengakibatkan pendangkalan. Namun di sisi lain dia juga berfungsi sebagai pakan, menjernihkan air, dan dapat menjadi pupuk serta bahan baku kerajinan tangan seperti tas," ujar Sjarief dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (13/9/2018).
Kemudian, solusi berikutnya adalah bergeser ke culture based fisheries (perikanan tangkap berbasis budidaya/CBF), di mana populasi jenis ikan akan diatur berdasarkan zona kedalaman danau.
"Dalam satu tahun, ada masanya danau tidak boleh ditanami, karena dia butuh periode breathing. Di Danau Toba, rekomendasi kita Februari-Juni boleh ada KJA, selebihnya berhenti dulu," katanya.
Saat ini, KKP sudah menerapkan sistem CBF di Waduk Jatiluhur, dan dalam waktu dekat juga akan diterapkan di Waduk Cirata dan Saguling dalam rangka program Citarum Harum.
"Ini penting untuk ekonomi lokal. Kalau dari 3 danau ini modelnya berjalan baik, akan kita rekomendasikan sebagai Peraturan Menteri di bulan Maret 2019. Tapi harus kita ujicoba dulu," jelasnya. (ray)
Baca Berikut nya https://www.cnbcindonesia.com/news/20180913174453-4-33006/terungkap-penyebab-kematian-massal-ribuan-ikan-di-danau-tobaBagikan Berita Ini
0 Response to "Terungkap! Penyebab Kematian Massal Ribuan Ikan di Danau Toba"
Posting Komentar