Search

Cuaca Buruk Jelang Imlek, Nelayan Batam Sulit Dapatkan Ikan ...

BATAM, KOMPAS.com - Tidak saja sejumlah pernak-pernik perayaan Imlek yang wajib dipersiapkan menjelang tahun baru Tiongkok ini. Di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), warga Tionghoa berburu ikan dingkis di pasar hingga di pelosok pulau yang ada di Kota Batam ini.

Sebab, ikan dingkis diyakini akan membawa keberuntungan karena hanya bertelur setahun sekali, dan itu saat pergantian tahun baru China.

Tidak heran, para nelayan Batam akan berlomba-lomba menjaring ikan dingkis ini untuk mendapatkan penghasilan yang besar. Bahkan ada nelayan yang sebulan menjelang perayaan Imlek sudah mempersiapkan peralatannya untuk menjaring ikan keberuntungan ini.

Sebab, ikan ini tidak selamanya ada, dan bila sepi, harga jualnya bisa mencapai Rp 400.000 per kilogram.

Egoi (63), nelayan asal Kampung Monggak, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Batam, Kepri, mengaku hasil panen kali ini tidak sebanyak hasil panen tahun lalu.

Namun begitu, setidaknya tahun ini dia masih bisa menjual ikan dingkis kepada pelanggannya, baik yang ada di Batam maupun dari Singapura, untuk perayaan Imlek 2569 tahun ini.

Meski sudah terbilang tua dan gerak langkahnya mulai melambat, pria yang sudah puluhan tahun menekuni profesi sebagai nelayan ini tidak mau ketinggalan dengan para nelayan yang jauh labih muda dari dirinya.

"Momen ini tidak pernah saya lewatkan sampai sekarang, makanya pelanggan saya sangat senang dengan saya. Walau sedikit, mereka tetap bisa mengonsumsi ikan keberuntungan ini di malam pergantian tahun Tiongkok atau Imlek," ungkap Egoi, Kamis (15/2/2018).

Baca juga: Imlek, 9.500 Warga Tionghoa Tinggalkan Batam Lewat Pelabuhan Sekupang

Untuk mendapatkan ikan dingkis ini, jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan alat tangkapnya, yakni berupa kelong yang dibuatnya beberapa minggu sebelum masa bertelur ikan tahunan ini.

Kelong adalah jenis alat tangkap berbagai jenis biota laut yang memang banyak di Kepri. Ikan, kepiting, cumi, dan hewan laut lainnya bisa didapat dengan kelong. Alat tangkap jenis ini berupa jaring dengan ukuran sedang yang dibentuk sebagai perangkap.

Menggunakan kayu sebagai tulang yang menegakkan jaring-jaring, kelong ini dibentuk dengan pintu yang menjorok ke dalam sehingga biota laut yang masuk ke dalamnya tidak bisa keluar, para nelayan menyebutnya bubuh.

Dalam satu kelong, terdapat beberapa bubuh sehingga membentuk pintu berlapis yang semakin dalam semakin menyempit, memudahkan nelayan menangkap ikan yang sudah terperangkap.

Di bagian lain kelong, dipasang jaring mengarah ke sisi luar kelong untuk menuntun ikan masuk ke bubuh, jaring-jaring ini disebut penajur yang dipasang di sisi samping dan bagian belakang kelong, dengan ukuran panjang tertentu. Semakin panjang penajur semakin baik untuk kelong.

"Meski sudah maksimal kelong yang dipasang, tetap saja hal ini juga penuh dengan keberuntungan bagi kami para nelayan. Kalau beruntung, terkadang kami bisa mendapatkan belasan hingga puluhan kilo. Tapi kalau tidak beruntung, untuk makan sendiri pun terkadang tidak cukup," ungkap Egoi.

Baca juga: Long Weekend Selama Imlek di Medan, Yuk Mampir ke 5 Tempat Ini

Kelong sendiri harus tetap ditunggu. Sebab, jika ditinggal, bisa saja kelong ini dipanen orang lain karena berada di tengah laut. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, kelong ini harus dipanen setiap subuh, makanya setiap nelayan harus bermalam di tengah laut di kolong melikinya masing-masing.

"Banyaklah suka dukanya, mulai diterjang badai hingga kelong roboh, menyaksikan ribuan ekor ikan masuk ke kelong dan banyak lagi hal-hal yang menurutnya meninggalkan kesan," ujarnya.

Lantas apa hubungannya Imlek dengan masa bertelur ikam dingkis ini? Egoi mengaku tidak tahu secara pasti. Hanya saja, dari pengalamannya selama puluhan tahun menjaring dan menjual ikan dingkis ini, ikan ini memiliki faktor penting menjaga keberuntungan masyarakat Tionghoa di kawasan Kepri, termasuk masyarakat Tionghoa di Singapura, bahkan Malaysia.

"Itulah kenapa harga ikan ini memiliki nilai jual yang tinggi, bahkan warga Tionghoa tidak mempermasalahkan harganya, yang terpenting bagi dirinya ikan dingkis selalu ada dalam hidangan jamuan makan malam perayaan Imlek," terang Egoi.

"Apabila masyarakat Tionghoa tidak menyediakan ikan dingkis pada momen sembahyang di hari Imlek, maka keberuntungan akan menjauh," kata Egoi.

Kompas TV Jelang perayaan Tahun Baru Imlek ke-2569, para produsen barongsai di Semarang, Jawa Tengah, kebanjiran pesanan.


Let's block ads! (Why?)

Baca Berikut nya http://regional.kompas.com/read/2018/02/15/16354291/cuaca-buruk-jelang-imlek-nelayan-batam-sulit-dapatkan-ikan-keberuntungan-ini

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Cuaca Buruk Jelang Imlek, Nelayan Batam Sulit Dapatkan Ikan ..."

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.