Liputan6.com, Jakarta - Tak seperti laut lainnya, warna air di Blok Empang Muara Angke tidaklah biru. Airnya hitam pekat. Perubahan warna itu diakibatkan sampah teluk Jakarta yang menggenangi kolam berpagar bambu seluas 150 x 50 meter.
Awalnya, kolam sampah teluk Jakarta itu akan dijadikan tambak budidaya ikan bandeng. Namun, banjir rob bulan lalu mengempaskan sampah laut dari berbagai wilayah ke pusara kolam tersebut.
"Jadi tanggal 13 Februari sebelum Imlek itu terjadi angin barat atau rob yang cukup besar. Jadinya ombak masuk ke sini sehingga menghantam pembatas dan ombak itu membawa sampah akhirnya masuk ke sini," jelas ketua Komunitas Mangrove Muara Angke (Komma) Risnandar kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu (18/3/2018).
Banjir rob memang sudah surut, tapi sampah teluk Jakarta tetap tertinggal di kolam itu. Air laut pun menjadi tercemar dan tidak mungkin menjadi tempat hidupnya benih ikan bandeng. Rencana menebar benih ikan bandeng pada April esok pun terpaksa batal.
Namun, Komma tak mau memasrahkan kolam itu begitu saja. Mereka berniat membangun hutan mangrove di atas kolam yang saat ini menjadi tempat sampah teluk Jakarta.
Ini bukan pertama kalinya komunitas binaan CSR PT PJB pembangkit PLN itu membangun hutan mangrove di atas lautan sampah. Bahkan, kolam tersebut sudah dikelilingi rimbunnya tanaman mangrove.
"Hutan mangrove (di sekitar Blok Empang Muara Angke) sudah ada sejak 2008. 2010 kami digandeng oleh CSR PJB pembangkit PLN Jawa-Bali untuk melakukan aksi yang lebih besar sampai sekarang," papar Risnandar.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Budidaya Ikan Bandeng yang Berakhir Lautan Sampah Teluk Jakarta"
Posting Komentar