Search

Kisah Para Pemburu Benur yang Kini jadi Pengolah Ikan Asin

Sukabumi - Puluhan warga di Kampung nelayan Pajagan, Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terlihat sibuk membolak balik ikan asin berbagai jenis yang dijemur di tanah lapang. Siapa sangka beberapa orang pengolah ikan asin tersebut dulunya adalah para pemburu benur atau bayi lobster.

Gencarnya upaya kepolisian mengubah kebiasaan masyarakat di tempat itu menjadi satu alasan kenapa mereka beralih menjadi pengolah ikan asin.

"Masyarakat di tempat ini dulunya memang gencar melakukan perburuan benur, karena mau tidak mau memang harga bayi lobster ini memang tinggi. Di sisi lain ada aturan hukum yang harus dipertanggung jawabkan oleh masyarakat," kata Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi, kepada detikcom Jumat (3/8/2018).

Sejak munculnya Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan no 56 tahun 2016 tingginya harga komoditas bayi lobster tidak lagi lezat. Nelayan yang nekat sembunyi-sembunyi berburu benur harus berhadapan dengan jeratan hukum.

Konsekuensi itu lah yang akhirnya membuat ketertarikan masyarakat dengan benur mulai berkurang. Masyarakat yang lelah menjadi buruan polisi akhirnya bergerak meminta solusi, beragam sosialisasi dilakukan termasuk mencari cara untuk mencari sumber pendapatan lain.

"Sejak menjabat pada 8 Desember 2017 perburuan benur memang menjadi perhatian saya di tempat ini, berbekal data yang ada kemudian saya mempelajari bagaimana masyarakat di kampung nelayan mencari nafkah. Saya jalin komunikasi dengan tokoh-tokoh nelayan, sampai akhirnya saya bertemu dengan kelompok usaha nelayan," lanjut Nasriadi.

Ialah kelompok nelayan Layang Tunggal, Sadad (44) sang ketua kelompok biasa mengolah ikan segar menjadin ikan asin. Setelah komunikasi terjalin, sosialisasi peralihan kebiasaan di kampung nelayan semakin gencar dilakukan Nasriadi bersama anggotanya.

"Tidak hanya di lokasi, saya juga bertemu di luar ngajak ngumpul, ngopi bareng itu terus setiap hari antara rentang waktu selama 3 bulan," imbuhnya. Upaya itu akhirnya membuahkan hasil.

Nasriadi kemudian menjalin komunikasi, mencarikan bantuan permodalan hingga pangsa pasar. Siapa sangka upaya itu berjalan dengan baik, satu-persatu para pemburu benur beralih profesi menjadi pengolah ikan asin.

Kepada detikcom, tokoh nelayan Desa Cikahuripan Aji Marpudin atau yang dikenal dengan panggilan Ajitroy di kampung nelayan membenarkan keterangan AKBP Nasriadi.

"Dulu masyarakat kampung memang berburu benur, mereka berpikir daripada berurusan dengan hukum akhirnya berusaha mencari usaha yang lain. Beberapa kali sosialisasi oleh kapolres masyarakat berubah, apalagi kapolres juga menyodorkan marketnya," kata Ajitroy.

Ajitroy menyebut, nilai atau harga jual ikan asin dan jual benur hampir sama. "Keuntungan hampir sama, daripada ngambil benur berurusan dengan hukum lebih baik berjualan ikan asin, saya apresiasi langkah kapolres mengubah kebiasaan masyarakat dengan cara yang memang memberikan solusi bagi perekonomian masyarakat kami," tandasnya.
(sya/ern)

Let's block ads! (Why?)

Baca Berikut nya https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4148119/kisah-para-pemburu-benur-yang-kini-jadi-pengolah-ikan-asin

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah Para Pemburu Benur yang Kini jadi Pengolah Ikan Asin"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.