Pendapat tukang becak itu merespon rencana Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang akan memberikan pelatihan mengayuh kepada para pengemudi becak dan konversi dari becak manual ke becak listrik.
Salah satu yang menolak pelatihan yakni Hanuar (35). Pengemudi becak yang biasa mangkal di Pasar Gaplok, Johar Baru, Jakarta Pusat itu menolak mengikuti program becak listrik dan program pelatihan menggenjot becak.
Bagi pria yang dulunya membuka usaha warung kelontong itu, kedua program dimaksud akan sia-sia jika diberikan kepada tukang becak.
Misalnya becak listrik. Dia menilai becak manual dinilai lebih praktis dan lebih ramah lingkungan dibandingkan becak listrik.
"Saya ogah, nanti becak ini bagaimana? Lebih enak manual, enggak ganggu polusi udara juga," kata Hanuar saat ditemui CNNIndonesia.com pada Selasa (30/1).
Ia juga khawatir becak listrik nantinya akan memakan biaya perawatan yang lebih mahal dibandingkan pendapatannya sehari-hari. Misalnya jika becak tersebut rusak, tentu akan mengeluarkan lebih mahal ketimbang becak manual yang rusak."Kalau rusak (becak listrik) repot biayanya mas, mending manual saja, tinggal genjot, paling tinggal kasih oli kalau sudah susah," kata dia.
Kemudian program cara menggenjot becak. Menurut Hanuar, pengayuh becak berpengalaman tak akan mendapat manfaat dari pelatihan tersebut. Sebab tak ubanya seperti mengajari ikan berenang.
"Buat apa diajarin begituan? Dari dulu kita genjot ya genjot biasa, memangnya ada aturannya? Yang harusnya diajarin tuh yang mau jadi tukang becak," kata Hanuar.
Hanuar yang telah lima tahun berprofesi sebagai tukang becak mengaku heran dengan rencana program dari Sandiaga itu. Sebab, para tukang becak pasti sudah punya pengalaman dalam mengemudikan becak.
Mulai dari turunan, tanjakan hingga jalan berlubang. Cara genjotan becak di medan jalan itu semua sudah dipahaminya dengan baik.
"Ya kalau turunan jangan digenjot dan harus direm, kalau tanjakan mau enggak mau genjotannya ekstra atau kita turun dorong, kalau (jalan) berlubang hati-hati, pelan-pelan, itu saja," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa tukang becak tak punya standarisasi yang pasti untuk menggenjot becak dengan baik dan benar, meskipun nantinya akan menggunakan becak listrik sekalipun."Memang cara genjot becak yang benar itu kaya gimana? Kalau pakai becak listrik juga bukannya sama saja genjotnya? Saya sudah lima tahun, sudah tahu ritmenya kok kalau genjot becak," kata Hanuar.
Sejumlah tukang becak menolak ikut program pelatihan menggenjot becak dan becak listrik. Kedua program dari Pemprov DKI itu bagi tukang becak akan sia-sia. (CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati). |
Seorang pengemudi becak lainnya di tempat mangkal yang sama berpendapat serupa. Mastirung (45) mengaku tak ingin ikut program becak dari Pemprov DKI tersebut.
Ia hanya berharap agar Pemprov DKI Jakarta mau mengakui adanya tukang becak tanpa dikejar-kejar Satpol PP lagi.
"Kita maunya mah begini saja, manual. Yang penting Satpol PP enggak ngejar-ngejar kita lagi," kata Mastirung saat ditemui CNNIndonesia.com pada Selasa (30/1).
Bagi pria yang sudah 19 tahun berprofesi sebagai tukang becak di Jakarta itu, becak konvensional sudah nyaman dan tidak susah untuk dikendarai. Berbeda dengan becak listrik, dirinya mengaku harus beradaptasi dari awal kembali jika ingin mengendarai becak tersebut.
"Saya enggak mau ribet pakai listrik-listrikan. Kalau rusak bagaimana? Mending becak yang manual saja, saya punya sendiri, sudah praktis, tinggal genjot," kata dia.
Mastirung juga mengatakan tidak mau mengikuti program cara menggenjot becak yang direncanakan Pemprov DKI. Sebab, program itu tak berguna bagi tukang becak yang sudah berpengalaman."Saya sudah 20 tahun lebih masa saya diajarin lagi (genjot becak), enggak berguna sih menurut saya," kata Mastirung.
Mastirung mengaku 22 tahun bekerja sebagai pengayuh becak tidak pernah mendapat pelatihan khusus dari siapa pun. Ia mengaku latihan mengemudi becak secara otodidak.
"Seumur-umur saya enggak ada diajarin mengemudi becak, saya latihan sendiri," aku Mastirung.
Selama menjadi tukang becak, Mastirung mengaku tak pernah ada yang komplain dari pelanggan terhadap pelayanannya, terlebih lagi soal genjotan becaknya.
Mastirung justru menyarankan Sandiaga agar mengalokasikan dana program itu untuk mengajarkan tukang becak cara menjaga keselamatan dan kenyamanan penumpang dibanding membuat program cara mengayuh becak.
Ia juga meminta agar Pemprov bisa membantu memenuhi sarana pelengkap pada becak agar para penumpang lebih nyaman dan aman.
"Dibanding bikin program begituan, coba dibantu tukang becak biar penumpang enggak kepanasan, biar enggak keujanan, enggak nge-jomplang (jatuh dari becak), itu yang penting harusnya," pungkas Mastirung.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjelaskan mengapa pelatihan mengayuh kepada tukang becak dibutuhkan. Menurutnya, pelatihan ini terkait dengan inisiatif program angkutan ramah lingkungan berupa sepeda listrik."Kenapa harus ada pelatihan untuk menggenjot? Itu karena kalau sepeda listrik nyala pas tanjakan jadi genjotnya harus agak pelan, kalau turunan itu dia ngisi," tuturnya saat ditemui di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (28/1).
Sandi juga mengungkap bahwa opsi angkutan ramah lingkungan berupa sepeda listrik ini akan ditujukan kepada masyarakat di daerah perumahan.
Sandiaga mengungkap bahwa program sepeda listrik ini sedang dikomunikasikan dengan PLN. Solusi mengenai kendaraan ramah lingkungan ini juga masih dirumuskan. Ia memimpikan konsep kendaraan ramah lingkungan ini seperti sepeda listrik yang ada di New York. (osc/djm)
Baca Berikut nya https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180130200636-20-272739/pelatihan-genjot-becak-seperti-mengajari-ikan-berenangBagikan Berita Ini
0 Response to "'Pelatihan Genjot Becak Seperti Mengajari Ikan Berenang'"
Posting Komentar