SUMBAWA BESAR, KOMPAS.com - Pulau Bungin bisa dikatakan sebagai pulau "terpadat" di dunia. Soalnya, pulau yang terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), cuma seluas 8 hektar. Tapi, penduduk yang tinggal di sana mencapai 4.000 jiwa.
Alhasil, sebagaimana siaran pers dari Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar, Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang diterima Kompas.com pada hari ini, nyaris tak ada tanaman yang terlihat tumbuh di situ.
Sejauh mata memandang, semua ruang pulau telah dipenuhi perumahan penduduk yang padat. Mayoritas penduduknya adalah para nelayan Suku Bajo.
Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk super padat ini, sejak 2015, direktorat tersebut mengembangkan program budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba apung. Kerja keras itu pun membuahkan hasil. "Budidaya ini kini menjadi bisnis yang sangat menguntungkan, dan malah kini Pulau Bungin menjadi terkenal sebagai destinasi wisata kuliner ikan kerapu di Sumbawa Besar,” ujar Direktur Pengembangan Daerah Pulau Terpencil dan Terluar, Hasrul Edyar, di sela-sela panen raya ikan kerapu dan pemberian bantuan Landasan Apung, di Pulau Bungin, Minggu, 21 Januari 2018.
Di Kabupaten Sumbawa, terdapat tiga lokasi percontohan program budidaya ikan kerapu yang dikembangkan oleh Kemendes PDTT, yakni di Desa Bungin dan Labuhan Bajo, keduanya di Kecamatan Alas. Lalu, yang ketiga adalah di Desa Labuhan Jambu di Kecamatan Torano. Pada ketiga lokasi itu, Kemendes PDTT memberikan fasilitas sarana dan prasarana budidaya ikan kerapu.
Andalan
Menurut Hasrul Edyar, pada 2015, setiap Kelompok Pembudidaya Ikan Kerapu pada tiga lokasi percontohan di atas, mendapatkan bantuan tahap I program budidaya ikan kerapu berupa 4 unit atau 32 lubang keramba apung, bibit ikan kerapu 7.000 ekor, pakan ikan, dan perahu jukung 1 unit. Ikan-ikan kerapu jenis cantang itu bisa dipanen antara 6 – 8 bulan.
Setelah program berjalan dua tahun, dan telah berhasil menikmati beberapa kali panen raya, para nelayan Pulau Bungin kemudian mengembangkan program ini tidak hanya sekadar budidaya ikan kerapu sebagai andalan. Para nelayan menjadikan lokasi area budidaya menjadi destinasi wisata. Di atas karamba-karamba apung dibangun restoran-restoran apung yang menyediakan kuliner hidangan laut, wisata memancing, dan snorkeling melihat terumbu karang sekitar lokasi.
“Selama tahun 2017 wisatawan yang datang sekitar 13.700 orang. Beberapa wisatawan asing yang hendak pergi ke Pulau Moyo sering mampir di sini dulu,” ujar Tison, Ketua Kelompok Pembudiaya Ikan Kerapu Pulau Bungin.
Pulau Moyo adalah destinasi wisata paling populer di Kabupaten Sumbawa. Kesuksesan para nelayan mengelola bantuan peningkatan kesejahteraan masyarakat pulau kecil ini, membuat Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar, Kemendes PDTT, kembali menyalurkan fasilitasi bantuan tahap II untuk tahun anggaran 2017.
Pemberian bantuan tahap II ini berupa rumpon apung 2 unit, landasan apung (rumah apung) 1 unit, alat pembersih keramba (sprayer) 3 unit, freezer (kulkas pendingin ikan) 3 unit, jaring karamba besar 12 buah, dan jaring karamba kecil 12 unit. Semuanya senilai sekira Rp 1,9 miliar.
“Dengan bantuan tahap 2 ini, diharapkan nelayan semakin semangat mengembangkan budidaya ikan kerapu serta memfasilitasi lokasi ini menjadi destinasi wisata yang layak,” tambah Hasrul.
Acara serah terima bantuan Tahap II ini dilakukan di Pulau Bungin, Minggu, 21 Januari 2018, bersamaan dengan acara panen raya budidaya ikan kerapu. Hadir dalam acara ini sejumlah pejabat di lingkungan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa dan pejabat setempat.
“Bantuan ini diharapkan bisa memicu program-program percontohan budidaya ikan khususnya kerapu di wilayah-wilayah lain, utamanya untuk mendukung 4 program prioritas Kemendes PDTT dari segi pengembangan Pengembangan Produk Unggulan Perdesaan (Prukades) dan pemanfaatan Bumdes dalam pengelolaan serta peningkatan ekonomi warga desa” ujar Johozua M Yoltuwu, Direktur Jendral Pengembangan Daerah Tertentu, Kemendesa PDTT dihubungi secara terpisah.
Selain di Pulau Bungin, Sumbawa, program penyaluran bantuan budidaya ikan kerapu juga dilakukan oleh Kemendesa PDTT di Pulau Sabu di Maluku Utara, Pulau Raijua di Maluku Utara, Pulau Muna di Sulawesi Tenggara, Pulau Rote di Kabupaten Rote Ndao, Ketapang di Kalimantan Barat, Morowali di Sulawesi Tenggara, dan Buton di Sulawesi Tenggara.
Baca Berikut nya http://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/22/200439226/di-pulau-terpadat-di-dunia-ikan-kerapu-jadi-andalanBagikan Berita Ini
0 Response to "Di Pulau "Terpadat" di Dunia, Ikan Kerapu Jadi Andalan"
Posting Komentar