Search

Geliat Budidaya Ikan Cupang di Ngoro, Banyak Pembeli Saat Marak DBD - Jawa Pos

Salah satu peternak ikan cupang di Kabupaten Jombang adalah Ahmad Adnan, warga Dusun Kwaringan, Desa Gajah, Kecamatan Ngoro. Setiap hari ia rutin  membersihkan wadah berukuran 20x30 sentimeter. Wadah digunakan Ahmad untuk membudidayakan ikan cupang. 

”Saya dulu tertarik untuk budidaya ikan cupang ini karena tidak harus membutuhkan kolam yang besar, hanya membutuhkan wadah-wadah kecil saja kita bisa beternak,” ujarnya sembari memberi makan ikan-ikannya.

Dikatakan, awal mula dirinya tertarik untuk budidaya ikan cupang itu pada tahun lalu. Saat itu, dirinya  melihat-melihat ikan di you tube,  begitu tertarik melihat ikan cupang yang lincah dan indah warnanya.

”Kan saya juga jarang melihat ternak ikan cupang di Jombang. Saat itu saya mulai mencoba dan belajar sendiri melalui media sosial,” ungkapnya. Akan tetapi, perjalanannya tak semulus perkiraannya. Karena pada saat membeli indukan, dirinya tidak pernah berhuntung. Pada saat, indukan sudah dipesan melalui media sosial, indukannya tersebut mati.

”Saat itu saya beli kalau tidak salah 10 indukan, harnya satu indukan mencapai Rp 200 ribu, namun mati semua,” katanya. Tidak menyerah begitu saja, dirinya terus mencari indukan yang berkualitas. Akhirnya, dirinya menemukan indukan bagus di media sosial. Tak berfikir panjang, dirinya langsung membeli indukan tersebut.

”Saat itu saya memesan ikan cupang  Thailand melalui medsos. Saya pesan lagi 10 indukan bisa hidup semua,” bebernya. Setelah itu, dirinya mulai belajar membudidayakan, dan bisa berkembang  hingga saat ini. Bahkan, kini indukannya mencapai ratusan ekor ikan yang bisa menghasilkan ribuan.

”Karena satu pasang indukan bisa menghasilkan 100 ekor ikan,” katanya. Hanya saja, lanjut pria berusia 30 tahun tersebut, satu indukan hanya bisa bertelur tiga bulan sekali. Dan ikan siap jual dari menetap kurang lebih umur dua bulan. Hanya saja, memang perawatan ikan paling sulit pada saat usia empat hari  setelah menetas.

”Itu kan hanya makan kutu air, jadi harus menyediakan kutu air. Terlebih lagi daya tahan tubuh ikan yang masih lemah,” katanya. Terlebih lagi, diakuinya perawatan yang paling sulit saat musim penghujan. Karena suhu yang sangat dingin mengakibatkan ikan sangat mudah terkena jamur. Untuk dirinya, harus rajin membersikan wadah dan menjemur ikan di siang hari.

“Menjemurpun jangan terlalu lama. Karena kalau kepanasan juga mudah mati ikannya,” ungkapnya.

Diakuinya, saat ini memang permintaan sangat banyak. Biasanya dirinya hanya menjual melalui media sosial. Akan tetapi, pada saat maraknya DBD, banyak yang mencari ikan cupang. ”Banyak pedagang-pedagang ikan yang mengambil dengan jumlah banyak, bahkan saya sudah kehabisan stok. Ini saja tinggal berapa yang di rumah,” katanya.

Ia juga menambahkan, saat ini yang paling laku memang ikan cupang yang biasa, karena harganya murah. Dirinya biasanya menjual dengan harga Rp 2500 – Rp 5 ribu per ekor. Tergantung warnanya juga. “Yang paling laris harga 2500 sampai 5000 itu,” ungkapnya.

Memang, lanjut Ahmad ikan tersebut sangat menyukai jentik nyamuk. Bahkan, jetik nyamuk sangat bagus untuk indukan ikannya. Lantaran, bisa membuat ikan lebih mudah bertelur. ”Kalau jentik nyamuk sangat baik untuk indukan. Karena bisa lebih menguatkan dan memudahkan ikan untuk bertelur juga,” pungkasnya. (*)

(jo/yan/mar/JPR)

Let's block ads! (Why?)

Baca Berikut nya https://radarjombang.jawapos.com/read/2019/02/11/118821/geliat-budidaya-ikan-cupang-di-ngoro-banyak-pembeli-saat-marak-dbd

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Geliat Budidaya Ikan Cupang di Ngoro, Banyak Pembeli Saat Marak DBD - Jawa Pos"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.